foreplay lah, yang penting kamu ejakulasi."), bahkan bernada perintah ("Harus sekarang, besok aku keburu haid!"). Bukannya mengikuti ajakan Anda, suami malah tidak mood!
Mengapa ya? Hubungan intim tidak hanya melibatkan fisik dan logika, melainkan juga emosi. Ajakan berhubungan seks yang kaku, teknik, bernada memerintah, berorientasi tujuan semata, memang bisa berkesan menempatkan suami sebagai obyek belaka - ibarat sapi pejantan - dan membuatnya tidak nyaman secara emosional,
Cara mengatasinya:
- Bersikap lebih lentur, agar suami tidak merasa diperlakukan seperti “mesin” yang hanya dipakai sewaktu-waktu. Kalau ia terlanjur tersinggung, break dulu. Setelah beberapa waktu, program kehamilan bisa dilanjutkan lagi. Intinya, bersikap lebih fleksibel dan pahami perasaan suami.
- Sensitif membaca tanda-tanda ia keberatan, misalnya bahasa tubuh diam atau tidur memunggungi, bisa jadi pertanda adanya ganjalan di hatinya.
- Ajak ia mengobrol untuk mengungkit isi hatinya. Tanyakan apakah ia keberatan berhubungan intim terjadwal. Tegaskan, ini dilakukan atas saran dokter, bukannya menjadikan hubungan intim suatu kewajiban.
- Jangan takut ia marah saat Anda membicarakan soal hubungan intim. Sebab, perkara itu tidak aib dibicarakan. Jika canggung, berlatihlah dulu dengan menceritakan pengalaman sehari-hari kepadanya. Yang penting, berkomitmenlah untuk selalu terbuka kepada pasangan, guna membuka jalur komunikasi yang terhambat. Diharapkan suami dan istri saling memiliki keterbukaan, empati, cinta kasih, dan perasaan setara dalam kebersamaan, yang akan menjadikan Anda patner kompak dalam rumah tangga.(me)
Baca juga:Mau Punya Anak? Suami Isteri Harus Kompak!