Otak anak berkembang lebih cepat dalam lima tahun pertama kehidupannya. Pengalaman awal anak –dari hal-hal yang ia lihat, dengar, sentuh, cium, dan rasakan- merangsang otaknya dan menciptakan jutaan koneksi.
Psikolog Anak RSIA Grand Family, Jakarta Utara, Ellen Susila M.Psi., mengatakan, stimulasi perlu dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan otak anak. “Dan tempat yang tepat bagi anak untuk belajar dan tumbuh adalah lingkungan sekitarnya (rumah, sekolah, keluarga besar) di mana ia bisa bermain dengan leluasa dan bereksplorasi,” terangnya dalam acara Jumpa Pakar Ayahbunda & Philips Avent, 25 April 2018.
Tapi, itu tidak berarti anak harus menghabiskan sepanjang waktunya dengan bermain dan belajar. Ia juga butuh waktu tenang untuk menyeimbangkan jiwa dan raganya dalam lingkungan yang akrab.
Overstimulasi terjadi ketika anak dibanjiri oleh banyak sekali aktivitas dari yang ia bisa atasi. Anak akan cepat merasa lelah dan kewalahan dan merespon negatif. Misalnya, bayi yang baru lahir merasa tidak nyaman saat dipeluk oleh banyak orang dewasa, anak prasekolah yang mengamuk usai menghadiri pesta ulang tahun, atau anak TK yang rewel karena seharian disibukkan dengan kegiatan sekolah dan les.
Ciri overstimulasi pada bayi:
- Menghindari kontak mata, tampak kesal dan lelah.
- Terjadi perubahan dalam intonasi dan intensitas tangisan.
- Cranky, sering menangis, dan mudah marah.
- Berperilaku agresif (memukul, menendang).
- Membangkang atau memberontak.
Ciri overstimulasi pada balita atau anak prasekolah seperti dikutip dari www.raisingchildren.net.au:
- Tampak lelah, rewel, dan kesal.
- Menangis dan tidak bisa menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaannya.
- Melemparkan dirinya ke lantai sambil menangis atau marah.
- Memberitahu Anda bahwa ia tidak ingin melakukan aktivitas tertentu lagi.
- Menolak melakukan hal-hal sederhana seperti mengenakan sabuk pengaman.
Cara mengatasinya:
- Biarkan anak tenang dengan meletakkannya di kasur dan selimuti.
- Redupkan lampu dan jauhkan dari kebisingan.
- Tenangkan diri Anda terlebih dahulu.
- Duduk di samping anak dan berikan pelukan.
- Deskripsikan perasaannya.
“Kemampuan mengontrol diri merupakan life skill yang sangat penting bagi anak. Dengan mendukungnya, Anda membantu perjalanan anak untuk menjadi pribadi dewasa yang mandiri,” tutup Ellen. (ESTER SONDANG)