Berkeringat merupakan salah satu sarana tubuh mengeluarkan zat- zat yang tidak digunakan. Hampir seluruh permukaan kulit terdapat kelenjar keringat yang disebut kelenjar sebasea. Selain itu, proses berkeringat juga merupakan proses menurunkan suhu tubuh. Layaknya orang dewasa, bayi juga mengalami proses berkeringat. Sistem saraf yang mengontrol temperatur tubuh pada bayi, juga mengatur pengeluaran keringat untuk menetralisir suhu.
Dalam cuaca panas, setelah aktif, hingga saat sakit, tubuh bayi perlu mengeluarkan keringat. Selain menurunkan panas tubuh, berkeringat juga bermanfaat mengeluarkan zat-zat dan elektrolit yang tidak diperlukan. Banyak sedikitnya keringat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Ada yang normal atau dipicu kondisi tertentu. Begitu pula, lokasi keringat yang terjadi memiliki berbagai penyebab.
Keringat dingin
Istilah keringat dingin merupakan kondisi seseorang berkeringat, namun permukaan kulitnya lebih lembap hingga terasa dingin. Ini juga dapat terjadi pada bayi. Namun keringat dingin perlu diwaspadai sebagai pertanda penyakit atau pertanda tubuh melawan infeksi. Khususnya, ketika keringat dingin disertai demam, menggigil, serta gejala lainnya. Jika disertai gejala demam, bisa jadi keringat dingin merupakan salah satu gejala radang tenggorokan atau flu, juga gejala radang di bagian dalam tubuh lainnya. Selain itu, keringat dingin pada bayi juga dapat dipicu oleh mimpi buruk akibat anak kelelahan, juga konsumsi obat-obatan tertentu.
Banjir keringat
Jumlah kelenjar keringat pada anak lebih banyak dibanding orang dewasa secara proporsional. Selain itu, sistem termo regulasi atau sistem pengatur suhu di tubuhnya belum matang dibanding orang dewasa. Sistem termo regulasi ini terpacu saat anak tidur nyenyak sehingga kerap dijumpai bayi berkeringat banyak saat tidur pulas dan panjang. Karena bayi menghabiskan lebih banyak waktu untuk tidur pulas, mereka cenderung lebih banyak berkeringat di malam hari. Kendati demikian, ada kondisi yang disebut juga keringat berlebih, yakni saat bayi berkeringat banyak tak hanya saat tidur.
Beberapa faktor penyebabnya antara lain kondisi udara yang terlalu hangat, memakai selimut yang terlalu tebal, pengunaan bedong yang terlalu kencang, dan pakaian yang terlalu tebal. Banyak orangtua yang takut bayinya kedinginan sehingga kerap memakaikan pakaian yang berlebihan atau tidak berani menyalakan pendingin ruangan. Daerah-daerah yang kerap mengeluarkan banyak keringat adalah ketiak, telapak tangan, kaki, kepala, dan wajah.
Keringat dan sleep apnea
Waspadai sleep apnea jika anak terlalu sering berkeringat, timbul secara reguler, dan berulang, disertai sleep apnea, berat badan turun drastis atau sulit naik, tidak mau makan, disertai gejala lain seperti batuk pilek berkepanjangan, sakit perut, mual muntah, dan sulit bernapas. Terpenting, perhatikan jika terdapat henti napas sebentar saat anak sedang tidur atau sleep apnea karena akan memerlukan penanganan yang lebih komprehensif.
Tanpa keringat?
Jika kulit anak sedikit mengilap, warna kulit kerap kemerahan, tak berkeringat di cuaca panas sekalipun, kerap mengalami peningkatan suhu badan, menolak pakaian tebal, dan tak nyaman saat aktif bergerak, bisa jadi itu pertanda ia mengalami hipohidrosis. Menurut laman medscape.com , gangguan ini dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat, penyakit sistem saraf perifer, gangguan neuropati perifer, hingga kelainan kulit bawaan.
OLEH LAILI DAMAYANTI
KONSULTASI dr. NITA RATNA DEWANTI, SpA, Rumah Sakit Premier, Bintaro, JAKARTA.
Berdasarkan laporan Kemenkes RI dan IDAI selama setahun ini, sebanyak 1,2 bayi baru lahir tercatat sudah mendapatkan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK). ... read more