Selain mengancam keselamatan ibu dan meningkatkan resiko pendarahan pasca bersalin, plasenta previa (plasenta tumbuh di tempat yang salah) bisa mengakibatkan janin berisiko lahir prematur. Jika ditangani dengan cepat dan tepat, plasenta previa tidak berakibat fatal bagi ibu dan janin. Bagaimana merawat kehamilan dengan plasenta previa?
Tanpa Pendarahan
Dokter berusaha mempertahankan kehamilan sampai janin cukup matang dilahirkan (cukup bulan atau aterm).
Jika plasenta bergeser (migrasi), janin bisa lahir normal.
Ibu harus menghindari aktivitas berat dan tidak melakukan hubungan seksual.
Disertai pendarahan
Segera ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dokter.
Dokter mengatasi pendarahan lalu berusaha semaksimal mungkin merawat kansungan agar bisa dilahirkan cukup bulan.
Jika sulit mempertahankan kandungan, dokter akan mengantisipasi persalinan prematur. Misal, pemeriksaan tingkat kematangan paru-paru janin. Jika perlu, tranfusi darah dan memberi obat untuk memperpanjang kehamilan dan mematangkan paru-paru janin paling tidak hingga usia kehamilan 34 minggu.
Ibu harus istirahat total di tempat tidur minimal sampai pendarahan berheti (rata-rata 3 hari).
Disertai pendarahan hebat (misal: karena plasenta lepas)
Dokter akan melakukan persalinan Caesar. Bayi terpaksa dilahirkan meski belum cukup bulan. Nyawa ibu diutamakan.
Jika bayi bisa diselamatkan, diberi tindakan mematangkan paru-parunya di NICU.
Pasca bersalin (secara Caesar)
Risiko pendarahan lebih besar dibanding persalinan dengan komplikasi lain. Sebab, otot-otot di bagian bawah rahim tidak setebal dan sekiuat di atas rahim. Padahal kontraksi rahim yang kuat diperlukan untuk menghentikan pendarahan.