dr. Herbowo Agung Soetomenggolo, SpA, dokter spesialis anak, ayah dari Eowyn Anastasia Soetomenggolo(4), Eoghan Gabrio Soetomenggolo (2).
Kita pasti familiar dengan kalimat yang mengatakan bahwa anak-anak adalah para peniru ulung! Maka, kalau kita sebagai ayah dan bundanya saja sangat melek teknologi dan sulit lepas dari gadget karena mungkin tuntutan pekerjaan, jangan heran jika anak-anak kita pun melakukan hal yang sama, atau bahkan akan lebih canggih ke depannya dibanding kita sendiri.
Namun, seperti pedang bermata dua, kecanggihan teknologi pun juga memiliki dampak yang sama. Di satu sisi ia akan memudahkan hidup dan mengasah kecerdasan anak (jika digunakan dengan tepat) dan di sisi lain dia bisa jadi berbahaya bagi anak-anak kita. Dampak mana yang mau kita pilih? Semua terserah kita sebagai orangtua. Namun kalau saya, tentu saja ingin agar teknologi menjadi sahabat, bukan musuh untuk kedua buah hati saya.
Bawaan sebagai dokter mungkin membuat saya senang melakukan penelitian atau riset kecil-kecilan, bahkan untuk urusan bagaimana cara aman membesarkan anak-anak saya yang masuk dalam Generasi C…hehehe. Cukup dengan memperhatikan apa yang terjadi pada anak-anak saya ketika mereka berinteraksi dengan gadget, saya jadi paham bahwa jika mereka sibuk bermain dengan gadget, mereka jadi kurang kemampuan bersosialisasinya. Lha, bagaimana mau bersosialisasi, kalau mata mereka hanya melotot ke layar ponsel atau komputer. Saya pun mengakalinya dengan selalu berusaha menciptakan obrolan yang menyenangkan bersama mereka, sehingga mereka merasa bahwa berbicara dengan ayah dan bundanya itu jauh lebih menyenangkan dibanding sibuk dengan gadgetnya. Isi obrolan pun cenderung ringan dan banyak canda sehingga mereka dapat tertawa.
Kekhawatiran saya berikutnya kemudahan dalam memperoleh sesuatu membuat anak-anak menjadi malas bergerak. Ujung-ujungnya obesitas pun mengintai. Trik saya adalah mengunduh video menari yang seru dan mengajak anak-anak mengikuti gerakan di dalam video tersebut. Biasanya anak-anak akan tertawa saat melihat ayahnya mengikuti gerakan menari yang ada di video.
Dan hal terakhir yang menjadi perhatian utama saya dan isteri adalah ketegasan kami dalam menyaring hal-hal apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dilihat oleh anak. Karena kadang, dalam sebuah film atau permainan yang katanya untuk anak pun mudah kita temukan unsur kekerasan di dalamya, seperti film fenomenal Tom & Jerry. Harus tega sih mengatakan tidak saat mereka merengek ingin menonton film tersebut karena teman-temannya juga menonton. Daripada saya mengizinkan dan kedepannya mereka tumbuh menjadi pribadi yang menyelesaikan masalah dengan perkelahian, lebih baik saya tegas dari sekarang dan mereka bertumbuh menjadi pribadi yang penuh cinta.
Saya tidak menyebut bahwa saya orangtua yang sangat terampil membesarkan anak di era yang seba digital ini, namun, sebisa mungkin saya ingin menjadikan era digital ini menjadi sesuatu yang menyenangkan dan berguna.