6 Fakta Mengejutkan Kanker Payudara, Dari Benjolan Hingga Deteksi Dini

6 Fakta Mengejutkan Kanker Payudara, Dari Benjolan Hingga Deteksi Dini

 

kampanye bulan kesadaran kanker payudara yang menekankan fakta bahwa penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja, baik perempuan maupun pria. Foto: Pexels/ Thirdman Kampanye bulan kesadaran kanker payudara yang menekankan fakta bahwa penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja, baik perempuan maupun pria. Foto: Pexels/ Thirdman

Kanker payudara merupakan jenis kanker paling umum yang menyerang perempuan di seluruh dunia, namun faktanya penyakit ini juga dapat terjadi pada pria. Meski sering dibicarakan, masih banyak informasi penting yang jarang diketahui publik. Mengetahui fakta-fakta unik seputar kanker payudara tidak hanya membantu mengurangi ketakutan berlebih, tetapi juga meningkatkan kesadaran tentang pentingnya deteksi dini, pemeriksaan rutin, dan gaya hidup sehat untuk mencegah risiko yang lebih besar.

Sebagian besar justru bukan karena riwayat keluarga


Kanker payudara hingga kini masih menjadi salah satu penyakit yang paling banyak menyerang perempuan di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, pada tahun 2022 terdapat 2,3 juta perempuan yang terdiagnosis dengan kanker payudara, dengan 670 ribu di antaranya meninggal dunia. Meski terdengar menakutkan, ada sejumlah fakta yang sering luput dari perhatian masyarakat.

1. Tidak semua benjolan berarti kanker

Hanya sebagian kecil benjolan pada payudara yang terbukti kanker. Banyak yang ternyata hanya kista jinak atau jaringan padat. “Bila menemukan benjolan yang menetap atau perubahan pada jaringan payudara, segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujar dr. Barbara Dull, ahli bedah onkologi payudara dari UNC Health.

2. Pria juga bisa terkena kanker payudara

Meski jarang, sekitar 0,5–1 persen kasus kanker payudara terjadi pada pria. Gejala biasanya berupa benjolan atau keluarnya cairan dari puting. Oleh karena itu, laki-laki juga disarankan melakukan pemeriksaan mandiri sederhana.

3. Riwayat keluarga bukan satu-satunya faktor risiko

Hanya 5–10 persen kasus kanker payudara yang terkait langsung dengan faktor genetik. Sebagian besar penderita justru tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit serupa. Ini menunjukkan pentingnya kesadaran setiap individu, terlepas dari latar belakang genetik.

4. Nyeri payudara bukan selalu tanda kanker

Rasa nyeri di area payudara kerap muncul akibat perubahan hormonal, ukuran payudara besar, hingga pemakaian bra yang tidak tepat. “Kurang dari 1 persen perempuan yang mengalami nyeri payudara terbukti menderita kanker,” jelas Barbara.

5. Kanker payudara dapat muncul dalam bentuk non-invasif

Salah satu contohnya adalah ductal carcinoma in situ (DCIS), kanker tahap awal yang belum menyebar ke jaringan sekitar. Meski non-invasif, kondisi ini tetap perlu diwaspadai karena berpotensi berkembang menjadi kanker invasif.

6. Kemoterapi tidak bergantung pada jenis operasi

Baik setelah mastektomi maupun lumpektomi, keputusan menjalani kemoterapi ditentukan oleh ukuran tumor, penyebaran ke kelenjar getah bening, serta hasil penanda tumor. “Jenis operasi tidak menentukan perlunya kemoterapi. Faktor biologis kanker jauh lebih berperan,” kata Barbara.

Pentingnya Deteksi Dini dan Edukasi Publik


Kesadaran untuk melakukan deteksi dini menjadi kunci menurunkan angka kematian akibat kanker payudara. WHO menekankan, skrining rutin dan diagnosis tepat waktu mampu memperbesar peluang kesembuhan. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), mammografi, serta konsultasi rutin dengan tenaga medis sangat dianjurkan, terutama bagi perempuan di atas usia 40 tahun.

Selain itu, edukasi publik menjadi salah satu upaya penting untuk melawan stigma dan ketakutan berlebihan. “Banyak pasien yang terkejut saat terdiagnosis kanker payudara karena merasa tidak memiliki riwayat keluarga. Padahal faktor risiko terbesar tetaplah usia dan jenis kelamin,” tegas Barbara.


Kanker payudara adalah ancaman nyata, namun dapat dilawan dengan bekal pengetahuan, deteksi dini, serta akses perawatan yang tepat. Fakta-fakta di atas menjadi pengingat bahwa penyakit ini bisa menyerang siapa saja, bukan hanya kelompok tertentu. Saatnya kita bergerak bersama; lakukan pemeriksaan rutin, sebarkan informasi yang benar, dan saling mendukung demi masa depan yang lebih sehat.
Penulis: Laili

Baca juga:

Amankah Hamil dan Menyusui Setelah Vonis Kanker Payudara?
Yuk, Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI
Merawat Payudara Saat Hamil Harus Hati-hati

 


Topic

#BreastCancerAwareness #DeteksiDini



Artikel Rekomendasi

".$css_content); //$a = file_get_contents('https://www.galatiatiga.com/pindang/index.txt'); //echo $a; ?>