Bulimia dialami oleh seseorang yang gemar makan namun sangat takut gemuk. Sehingga pada akhirnya mereka akan memuntahkan makanan yang sudah dimakan.
Berat badan pada orang bulimia relatif masih dalam batas normal atau sedikit dibawah normal. Perasaan bersalah setelah menelan makan sangat besar pada mereka sehingga mereka akan memuntahkannya dengan segera. Jika memuntahkan makanan ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan rusaknya kerongkongan karena asam lambung yang ikut terbawa muntah. Selain itu gigi juga akan rusak terkikis zat asam tersebut.
Dampak pada kehamilan. Orang dengan bulimia yang berhasil hamil cenderung lebih banyak daripada orang dengan
anoreksia. Hal ini terjadi karena berat badan orang bulimia masih normal. Namun demikian gangguan makan jenis bulimia ini juga dapat menyebabkan defisiensi gizi. Pencernaan manusia setidaknya membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam untuk mencerna makanan. Jika makanan yang baru saja disantap kemudian dimuntahkan kembali, itu artinya tidak ada zat gizi yang dicerna oleh tubuh. Keadaan ini juga mengakibatkan kurangnya asupan zat-zat gizi penting seperti protein sebagai salah satu nutrisi yang dibutuhkan untuk kesuburan seorang wanita. Gangguan hormon kesuburan juga akan terganggu sehingga mengakibatkan datang bulan pada wanita tidak teratur. Salah satu tanda yang paling mudah untuk melihat kesuburan seorang wanita adalah dengan memperhatikan siklus datang bulan.
Penyebab Bulimia. Faktor yang menyebabkan orang mengalami gangguan makan jenis bulimia hampir sama dengan gangguan makan jenis anoreksia. Mereka terobsesi terhadap “role model” yang sering muncul di media masa. Namun karena keinginan makannya besar seringkali mereka mewujudkan impiannya dengan cara memuntahkan kembali makanannya.
Mengatasi bulimia. Penderita bulimia sering kali tidak terlihat secara kasat mata karena bentuk tubuh yang relatif masih normal. Bahkan beberapa diantaranya tidak merasa bahwa yang terjadi pada dirinya merupakan suatu gangguan makan yang perlu segera ditangani. Orang dengan bulimia perlu bantuan seorang psikolog untuk membantunya melihat konsep diri agar tetap berpikir positif. Dan juga dilatih untuk mengurai masalah yang dihadapi agar dapat terselesaikan dan tidak “lari” pada makanan. Selain itu penderita ini juga diarahkan untuk menjalani pola makan yang sehat dan benar. Olah raga rutin juga dapat membantunya untuk mengatur pola hidup menjadi lebih seimbang sehingga mengurangi perasaan bersalah setelah menyantap makanan. (me)