IDAI sarankan para orang tua memberikan perlindungan vaksinasi dan membiasakan PHBS pada anak untuk menurunkan risiko penularan penyakit. Foto: pexels/Ketut Subiyanto
Beberapa bulan terakhir ini telah terjadi peningkatan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit di kalangan anak-anak di sekolah dan asrama. Di SMPN 8 Tangerang Selatan, tercatat 70-an siswa terinfeksi cacar air (
varicella) dan belasan siswa mengalami gondongan (
mumps) belum lama ini. Selama September ini, 362 kasus cacar air juga dilaporkan terjadi; dan sepanjang Oktober ini terjadi 153 kasus gondongan di Kotamadya Bogor.
Di Kabupaten Malang tercatat 2.001 kasus gondongan hingga September 2024. Di Yogyakarta juga terjadi 169 kasus gondongan yang didominasi siswa Sekolah Dasar (SD), sejak akhir Oktober hingga November ini. Di Kediri, sebanyak 215 kasus gondongan terjadi pada anak-anak usia SD hingga Oktober 2024. Di Kabupaten Banyuwangi juga terjadi 907 kasus gondongan sejak September hingga Oktober 2024. Dan masih panjang kejadian ketiga penyakit menular utama ini dalam kurun waktu tidak terlalu lama.
Ikatan Dokter Anak Indonesia mencatat, beberapa anak diduga lebih rentan terkena penyakit menular karena kontak erat selama hampir 24 jam bersama dengan teman-teman di sekolah atau di asrama sehingga potensi penularan penyakit menular lebih tinggi.
Empat penyakit menular yang sedang mewabah
Beberapa penyakit infeksi yang terdata ditularkan di lingkungan sekolah di antaranya; gondongan (
mumps), cacar air (
varicella), hepatitis A, dan
Hand Foot Mouth Disease (HFMD/ Flu Singapura). Penyebaran penyakit ini dapat berdampak serius pada kesehatan anak dan proses belajar mengajar.
"Anak-anak yang terinfeksi bukan hanya berisiko mengalami komplikasi kesehatan, tetapi juga dapat menularkan penyakit kepada teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Bahkan ada beberapa sekolah asrama yang harus menutup sekolah karena Kejadian Luar Biasa, yang tentunya dapat mengganggu proses belajar anak," demikian pesan dari Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), dalam siaran persnya (13/11).
Masih menurut Piprim, anak-anak yang terinfeksi hepatitis A dengan gangguan fungsi hati berat juga perlu beristirahat lebih lama, hingga beberapa minggu, sehingga sangat mengganggu proses belajar anak itu sendiri.
IDAI ingatkan vaksinasi untuk anak
Melihat fakta di atas, IDAI mengingatkan pentingnya langkah pencegahan efektif dalam mengatasi masalah penyebaran wabah penyakit infeksi di lingkungan anak sekolah melalui vaksinasi.
"Vaksinasi merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyebaran penyakit di kalangan anak-anak. Dengan vaksinasi, anak-anak dapat membangun kekebalan tubuh yang kuat terhadap berbagai penyakit menulqr dan berbahaya. Program imunisasi yang lengkap dan tepat waktu dapat membantu menciptakan kekebalan kelompok, sehingga melindungi mereka yang tidak dapat divaksinasi," ujar Piprim.
PHBS tetap harus menjadi kebiasaan baik
IDAI juga meminta Pemerintah dan lembaga kesehatan terus mengajak para orang tua peduli akan pentingnya vaksinasi dan Perilaku Hudup Bersih Sehat (PHBS). "Pelaksanaan program vaksinasi di sekolah-sekolah akan terus diperkuat, termasuk penyuluhan tentang manfaat vaksinasi dan penerapan PHBS," pesan Piprim. Selain itu, kerjasama dan kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan tenaga kesehatan sangat penting untuk memastikan cakupan vaksinasi yang lebih luas, penerapan PHBS yang baik, dan kebersihan lingkungan sekolah terjamin sehingga kesehatan anak tetap terjaga.
"Pencegahan wabah penyakit di sekolah dan asrama sangat bergantung pada upaya vaksinasi yang efektif. Dengan meningkatkan cakupan vaksinasi dan kesadaran masyarakat, kita dapat melindungi anak-anak kita dari penyakit menular dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman. Mari bersama-sama berkomitmen untuk kesehatan anak-anak kita melalui vaksinasi," tutup Piprim.
Baca juga:
Flu Singapura Kembali Menyebar, Cegah dengan Prokes
Hati-hati, Mencium Bayi Sembarangan Bisa Menularkan Penyakit
Mengenal Hepatitis A pada Bayi