Kehadiran anak dalam setiap acara kumpul keluarga memberikan kesan tersendiri bagi seluruh sanak keluarga. Tapi, akan merepotkan bila ternyata ia belum siap dengan situasi seperti ini, ia bisa cepat gusar dan selalu ingin menyudahinya dengan cara menangis sepanjang hari.
“Diusia ini sebenarnya balita telah menemukan bahwa mereka adalah bagian dari keluarga, namun mereka belum memahami figur yang sejatinya digolongkan sebagai anggota keluarga. Sehingga mereka perlu bantuan agar mampu mengenal dan membangun jalinan kekerabatan dengan saudaranya,” jelas Jodi Dworkin, Ph.D., profesor bidang ilmu sosial keluarga di University of Minnesota, AS.
Maka, sebaiknya perkenalkanlah balita mengenai konsep keluarga dari jauh-jauh hari sebelum mengunjungi acara keluarga besar. Karena ia perlu memahami lebih dulu tentang makna keberadaannya dalam keluarga, siapa saja saudaranya serta apa yang sebaiknya ia lakukan saat bersama mereka dengan tetap merasa nyaman dan bahagia. Tentunya proses pemahaman ini tak harus dikenalkan dengan cara yang justru membuatnya semakin bingung, cukup dengan cara sederhana seperti berikut ini.
Sering bercerita tentang anggota keluargaSeiring dengan perkembangan kemampuan otaknya, anak bisa ‘menangkap’ gambaran umum mengenai keluarganya melalui cerita. Ceritakan saja berbagai kebiasaan anggota keluarga, misalnya, “Kakek kamu pandai menggambar, lho. Gambarnya bagus sekali, nanti kalau kita ke rumah kakek dan nenek, kamu bisa lihat gambar-gambarnya.” Atau cerita tentang pamannya yang hobi mengoleksi mainan, dan sebagainya. Berbagai cerita menarik tentang saudara-saudaranya tak hanya membangkitkan antusias anak dalam menyimak cerita tersebut, tapi untuk bertemu dengan mereka.
Kenalkan melalui foto keluargaBerbagai foto keluarga akan membantu balita untuk lebih mengenal sosok yang Anda maksud ketika bercerita. Sambil menunjukkan foto, ceritakanlah silsilah keluarga secara sederhana kepadanya. Misalnya, “Ini Bunda, yang sedang duduk di samping bunda itu kakak bunda, namanya Tante Siska. Lalu, ada Om Ari di sebelah Tante Siska, Om Ari itu pakai kaca mata, dia senang bermain bola seperti kamu, lho.” Setelah mengenalkan, minta ia untuk menyebutkan kembali nama-nama sambil menunjuk foto orang-orang yang telah Anda beri tahu. Sebaiknya, pilihlah foto keluarga yang sederhana agar ia lebih mudah memahami dan mengingat sosoknya. Selanjutnya, bila ia sudah mampu dengan yang sederhana, barulah menunjukkan foto dengan jumlah keluarga yang lebih banyak lagi.
Merangkai pohon keluarga sederhanaKegiatan ini akan meningkatkan pemahaman balita mengenai silsilah keluarganya. Agar lebih efektif sebaiknya buatlah dahulu yang paling sederhana, terdiri dari foto kakek-nenek dari keluarga bunda dan ayah. “Sayang, ini foto kakek dan nenek kamu, mereka itu papa dan mama-nya bunda. Kalau yang itu juga kakek dan nenek kamu, lho. Kalau mereka adalah papa dan mama-nya ayah.” Sambil menjelaskannya berulang-ulang, minta ia menempelkan foto kakek-neneknya, misalnya di bagian kiri dari keluarga bunda, dan di bagian kanan dari keluarga ayah.
Mengajaknya bermain peranCiptakan permainan peran seolah sedang berkunjung ke rumah kakek-neneknya. Melalui permainan ini, anak bisa berimajinasi tentang suasana ketika berada di sana yang tak hanya ada bunda dan ayahnya, tapi juga kakek-nenek, paman-bibi serta sepupunya. Libatkanlah berbagai bonekanya untuk berpura-pura sebagai saudaranya, dan jalankan peran masing-masing boneka sesuai dengan karakter mereka. Di sini, Anda bisa mengajarkannya bagaimana sebaiknya ia mengucap salam, merespon bila ia didekati atau diajak berbicara dengan saudaranya. Bagi balita, permainan peran sangat menyenangkan, dan mereka bisa belajar berkomunikasi serta mengembangkan kepercayaan diri berdasarkan skenario yang Anda ciptakan.
Manfaatkan web cameraSangat praktis dan mudah digunakan. Melalui perangkat video telekomunikasi ini, Anda bisa secara efektif melatih komunikasii si kecil secara langsung dengan anggota keluarga lainnya. Ini sangat membantunya meningkatkan kepercayaan diri sebelum bertemu dan berinteraksi langsung dengan mereka.
Ajak ke acara kumpul keluargaManfaatkan pertemuan keluarga untuk mengenalkan dan melatih interaksi anak kepada saudaranya secara langsung. Lebih baik lagi bila Anda memiliki waktu luang untuk mengajaknya berkunjung ke rumah paman-bibi dan kakek-neneknya satu-persatu. Dengan cara ini, ia berkesempatan untuk mengamati orang-orang di hadapannya sambil mengingat berbagai cerita yang telah Anda sampaikan. Lalu secara perlahan anak akan berupaya mengembangkan kepercayaan dirinya agar bisa lebih mudah berinteraksi dengan sanak keluarganya. Bila kesempatan ini sering ia dapatkan, maka ikatan antara dirinya dengan saudara-saudaranya pun semakin erat. Kelak, ia akan mengenal dengan baik keluarga besar orangtuanya.
Menyapa dengan panggilan jelasKarena di rentang usia ini balita sedang gemar meniru perkataan serta perilaku bunda dan ayahnya, maka sebaiknya hindari menyapa nama akrab keluarga di hadapannya. Biasakan untuk selalu memanggil atau menyapa anggota keluarga sesuai dengan yang berlaku bagi anak, misalnya kak atau Mas Aldo, tante atau Bude Irna, dan sebagainya. Kebiasaan ini sangat baik untuk menanamkan kesantunan, rasa sayang dan hormat kepada sesama anggota keluarga sejak dini.
Bila anak ikut-ikutan memanggil orang lain dengan cara orangtuanya memanggil. Contohnya, saat orangtua memanggil tante, ia harusnya memanggil nenek namun malah ikut meanggil tante. Maka segeralah meralat panggilan itu dengan kembali memberikan contoh yang seharusnya di hadapan balita.
Contohnya, “Sayang, ini namanya Eyang Fitri, bukan Tante Fitri. Jadi, kamu panggilnya Eyang Fitri, ya!” Lalu minta ia untuk mencoba memanggilnya lagi hingga dirinya paham. Di lain waktu, ajarkan kembali anak melalui foto keluarga, dan Anda harus konsisten dalam memanggil anggota keluarga sesuai dengan yang berlaku bagi anak.
(YUDISTIRA A. NUGROHO / ERN)