Dari Kawan Berujung Jeratan? Kenali Teman Daring Anak!

 



Berikan literasi digital pada anak agar mereka tetap merdeka berjejaring di dunia daring. Foto: Pexels/ Ron Lach
 
Saat ini teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan semua orang, tidak terkecuali anak-anak. Mereka juga membutuhkan paparan teknologi dan internet yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu, pengetahuan dan literasi tetap dibutuhkan agar penggunaan teknologi digital digunakan secara benar dan tepat.  

Empat pilar literasi


Literasi digital memiliki empat pilar, di antaranya; keahlian digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital. Agar teknologi tidak membawa dampak merugikan, keamanan digital harus diutamakan. Pembekalan ini dimulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga. 
“Mari ajarkan anak-anak untuk menggunakan teknologi dengan bijak sejak dini. Literasi digital dimulai dari rumah,” ungkap Budi Arie Setiadi, Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dalam sebuah postingannya di akun @budiariesetiadi .

Bermula dari rasa aman dan rayuan

Ancaman pedofilia daring merupakan salah satu alasan mengapa pembekalan keamanan digital dibutuhkan. Pelaku pedofilia juga tak segan untuk berinteraksi dengan anak di bawah umur dengan berstatus sebagai ‘anonim’, berpura-pura menjadi teman, membuat ‘ruang aman’ bagi anak, hingga memanipulasi anak untuk tujuan pribadi. 
Menurut laman web The Conversation, pelaku pedofilia umumnya menggunakan rayuan, seperti uang atau peralatan di game, yang berujung meminta korban mengirim video atau foto berbau pornografi. Dampaknya bisa berujung panjang, mulai dari pemerasan hingga foto dan video anak disebar ke media sosial. 

Belajar lebih dari sekadar belajar ‘Cara Pakai’ 

Menurut UNICEF, literasi digital hadir sebagai ‘peta’ untuk berpartisipasi, memakai, menggunakan, dan belajar saat menggunakan teknologi digital. Dengan begitu, literasi digital berbeda untuk setiap usia, kultur, dan kebutuhan dari setiap anak.  

Ajak anak bicara

Tentu tidak semua anak nyaman berbicara soal teman daringnya. Melansir laman web Thorn, orang tua bisa mulai dengan menanyakan aplikasi atau game terbaru yang sedang disukainya. Lalu tanyakan dengan siapa ia biasa memainkan game atau aplikasi tersebut. Dari situlah orang tua bisa memulai pertanyaan seperti “Apa kamu tahu perbedaan teman online yang baik dengan yang tidak?”.

Dari pembicaraan ini, orang tua bisa mulai mengajarkan anak apa saja tanda-tanda teman baik dan buruk. Pastikan orang tua juga bisa dijadikan tempat melaporkan hal-hal yang kurang baik. 

Waspadai jika anak mulai menghindar atau menutupi seseorang yang ia kenal secara daring. Dan hindari menghakimi ketika anak bercerita yang dapat membuatnya semakin tertutup. 

Penulis : Ghina Athaya

Baca Juga:

Fenomena Self Harm pada Anak, Patut Diwaspadai ya, Bun!

 


Topic

#temandaringanak #literasidigitalanak #duniadigitalanak



Artikel Rekomendasi