Selamatkan Perempuan Indonesia, Dari Ancaman Sunyi Menuju Gerakan Pasti

 

Ibu hamil duduk memegang perutnya sebagai simbol perhatian pada kesehatan kehamilan Perhatian terhadap kesehatan reproduksi dan keselamatan kehamilan adalah bagian penting upaya menurunkan risiko komplikasi dan meningkatkan kualitas layanan maternal di Indonesia. Foto: Freepik


Indonesia masih menghadapi kondisi darurat kesehatan perempuan. Dengan Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 189 per 100.000 kelahiran hidup, negara ini menempati posisi ketiga tertinggi di ASEAN. Setiap hari rata-rata 22 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, sementara kanker serviks merenggut lebih dari 20.000 nyawa per tahun. Fakta-fakta ilmiah ini menunjukkan bahwa keselamatan perempuan adalah isu nasional yang menuntut gerakan bersama yang terukur, inklusif, dan berkelanjutan.

Gerakan Kolektif untuk Masa Depan


Perhimpunan Obstetrik dan Ginekologi Indonesia (POGI) baru-baru ini meresmikan komitmen jangka panjang melalui Selamatkan Perempuan Indonesia (SPRIN)—sebuah inisiatif nasional yang menyatukan pemerintah, komunitas, tenaga kesehatan, akademisi, serta sektor swasta untuk menjawab empat tantangan besar: tingginya AKI, mutu layanan yang belum merata, kesenjangan akses, serta literasi kesehatan yang timpang.

Ketua Umum POGI, Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K), MPH, FRANZCOG (Hons), menegaskan urgensi tersebut.“Indonesia kini berada dalam fase krusial. Setiap hari ada 22 ibu yang tidak kembali ke keluarganya. Setiap 25 menit, satu perempuan meninggal akibat kanker serviks. Padahal sebagian besar kasus bisa dicegah melalui vaksinasi HPV dan skrining rutin,” ujarnya.

Menurutnya, SPRIN adalah gerakan yang tidak sekadar medis, tetapi lintas sektor dan lintas kehidupan perempuan, mulai dari remaja, prakonsepsi, kehamilan, persalinan, hingga menopause. “POGI bukan hanya organisasi profesi, tetapi gerakan yang menjaga martabat perempuan Indonesia,” tegasnya.

Melalui kampanye publik, aktivasi komunitas, hingga program kreatif seperti SPRIN Run, SPRIN Padel Championship, dan SPRIN Kartini Short Movie, gerakan ini dirancang masuk ke ruang publik secara lebih luas dan berkelanjutan.

POGI juga memperkenalkan SPRIN POGI Certified, standar mutu pelayanan kesehatan perempuan berbasis bukti. “Setiap perempuan berhak atas layanan yang aman, konsisten, dan respectful, tanpa bergantung pada lokasi,” tambah Budi.

Kolaborasi besar ditandai penandatanganan MoU dengan berbagai pihak, mulai dari kementerian, lembaga/ organisasi, BUMN, akademisi, hingga mitra industri. Sinergi ini menjadi fondasi implementasi SPRIN hingga akar rumput, termasuk edukasi lintas agama, penyediaan materi mimbar, hingga pembentukan pojok konseling SPRIN di komunitas.

Prof. Budi Wiweko dan Dra. Siti Nia Nurhasanah Sjarifudin menjelaskan program SPRIN Prof. Budi Wiweko dan Dra. Siti Nia Nurhasanah Sjarifudin, Staf Khusus KemenPPPA, memberikan keterangan mengenai program SPRIN. Foto: Dok. POGI

 Menggerakkan Literasi dan Layanan


Dalam pemaparannya, Budi juga kembali menekankan urgensi gerakan kolektif. “Teman-teman bisa bayangkan, setiap satu jam ada ibu yang tidak kembali ke rumahnya. Setiap 25 menit ada perempuan meninggal akibat kanker serviks. Angka anemia masih 49 persen, pernikahan anak 10 persen, dan kehamilan remaja tetap tinggi. Ini masalah besar,” jelasnya.

Ia merinci tiga pilar SPRIN:

1. Gerakan kesehatan perempuan lintas fase kehidupan – dari remaja hingga menopause.

2. Rising awareness – menggerakkan masyarakat seperti saat pandemi COVID-19.

3. Certified – memperkuat kualitas layanan dan sumber daya manusia kesehatan.

POGI juga menyiapkan dashboard kesehatan perempuan, mulai dari edukasi reproduksi, vaksinasi HPV, skrining kanker serviks, pencegahan anemia, hingga kesehatan menopause. Indikator kinerja ini memetakan progres layanan di tingkat pusat hingga daerah.

“Kalau kita tidak bergerak bersama, akan sulit menurunkan AKI, stunting, maupun kejadian kanker serviks,” tegasnya.

SPRIN akan bermuara pada SPRIN Summit 2026, forum nasional berisi refleksi, evaluasi hasil, perayaan kolaborasi, dan peluncuran komitmen lintas sektor berikutnya.

Tip Perlindungan Kesehatan Perempuan


Langkah-langkah sederhana ini menjadi fondasi penting untuk mencegah risiko yang selama ini membayangi kesehatan perempuan, sekaligus memperkuat upaya kolektif dalam menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas layanan di seluruh Indonesia.

- Lakukan skrining kanker serviks minimal setiap 3 tahun.

- Segera lakukan vaksinasi HPV, terutama usia remaja.

- Jaga nutrisi dan konsumsi zat besi untuk mencegah anemia.

- Rencanakan kehamilan dengan konsultasi prakonsepsi.

- Pastikan persalinan di fasilitas kesehatan yang memenuhi standar.

- Ikuti kelas edukasi tentang kesehatan reproduksi.

- Waspadai pernikahan usia dini dan risiko kehamilan terlalu muda.

- Ikut serta dalam gerakan komunitas untuk meningkatkan literasi kesehatan.

Selamatkan Perempuan Indonesia bukan sekadar program, tetapi gerakan nasional untuk memastikan setiap perempuan hidup sehat, aman, dan bermartabat. Dengan kolaborasi pemerintah, profesi medis, komunitas, dan dunia usaha, masa depan kesehatan perempuan Indonesia dapat bergerak menuju perubahan nyata.

Saat perempuan sehat, bangsa pun selamat.
Bergabunglah dalam gerakan SPRIN—mulai dari diri sendiri, keluarga, hingga komunitas. Saat kita bergerak bersama, perubahan bukan lagi wacana, melainkan kepastian.
Penulis: Laili

Baca juga:

Saat RSV Berbahaya bagi Bayi Prematur
Generasi Sehat Dimulai Hari Ini! Penuhi Hak Kesehatan Anak
Ini Lho, Mengapa Ibu Hamil Perlu Cermati Pertambahan Berat Badan

 

 


Topic

#SelamatkanPerempuanIndonesia #SPRINMovement



Artikel Rekomendasi

".$css_content); //$a = file_get_contents('https://www.galatiatiga.com/pindang/index.txt'); //echo $a; ?>