Malang tak dapat ditolak! Seiring pertumbuhannya, banyak hal yang dapat terjadi pada balita Anda. Tangan patah sehingga harus direposisi dengan gips, penglihatannya terganggu sehingga harus pakai kacamata atau kasus lainnya, kakinya didiagnosa mengalami kelainan sehingga harus pakai sepatu koreksi.
Orang dewasa, mungkin lebih mudah untuk ‘menerima’ dan mengenakan alat bantu, karena kita memiliki daya adaptasi tinggi dan lebih tabah. Tapi bagi anak balita, perubahan sekecil apa pun bisa membuatnya rewel. Pemakaian alat bantu beberapa hari, apalagi sampai tahunan, bisa mengganggu sehingga membuatnya tidak kooperatif, bahkan memicu stres dan trauma.
Bantu anak melewati masa transisi bersama “teman baru”nya.
Harus Pakai GipsPemakaian gips membantu patah tulang atau cidera ligamen agar cepat sembuh, tidak nyeri dan tidak cidera berulang, dengan cara menjaga area cidera agar tidak bergerak. Lama penggunaan tergantung jenis dan tingkat keparahan cidera. Setelah 1-3 hari pemasangan, dokter akan memeriksa untuk memastikan pemasangan gips tidak terlalu ketat dan apakah berhasil menyembuhkan luka.
1. Nyeri akibat pembengkakan di bagian yang patah atau cidera. Gips seharusnya meredakan nyeri sehingga berkurang setiap hari. Jika nyeri memburuk atau menyebar, misalnya ke jari jika gips pada lengan, atau sebaliknya anak mati rasa, mungkin karena pemasangan gips terlalu ketat.
2. Sulit pakai baju karena terhalang gips. Sesuaikan pakaiannya dengan menggunting atau merombak bagian lengan, leher atau kaki. Buat acara berpakaian menyenangkan dengan melontarkan humor tentang baju “barunya”.
3. Tidak nyaman, terutama 48 jam pertama pemasangan, karena anak belum terbiasa. Untuk meringankan, angkat gips di tangan ke atas dada dan sangga dengan bantal. Bila gips di kaki, baringkan anak. Meregangkan jari atau menggeliatkan anggota tubuh yang terkena juga membantu mengurangi bengkak dan tidak nyaman.
4. Susah tidur atau gelisah terutama 48 jam pertama dikarenakan adanya benda asing di tubuh. Bantu anak agar bisa tidur dengan membuatnya nyaman, seperti membacakan dongeng happy ending, memijat telapak kaki, atau mengizinkan anak tidur bersama bunda.
5. Susah mandi sebab gips tak boleh basah –gips basah akan mengiritasi dan menginfeksi kulit. Ketika mandi, lapisi gips dengan kantung plastik. Cara lain, beli gips tahan air, misalnya dari fiberglass. Jika gips telanjur basah, keringkan dengan hair dryer suhu rendah.
6. Sulit bergerak. Bila gips di kaki, bantu anak bergerak dengan menggendong atau mendudukkannya di kursi roda. Ajarkan ia bergerak lembut dan perlahan agar gips tidak membentur benda keras.
7. Gatal pada kulit di bawah gips sebab daerah tersebut lebih lembab karena tertutup. Untuk meringankan, tekan-tekan lembut gips atau gunakan hair dyer suhu dingin atau mini fan untuk meniup udara ke dalam gips. Hindari memasukkan benda tajam atau runcing ke dalam gips untuk menggaruk, sebab bisa merusak kulit dan menginfeksi.
8. Kadang-kadang iritasi kulit di sekitar gips. Jaga daerah sekitar gips selalu bersih dan lembab. Jangan bubuhkan lotion atau baby oil ke dalam gips. Bila iritasi berubah menjadi radang, luka, tercium bau dari bagian dalam gips, ditambah anak demam, berarti terjadi infeksi. Segera periksa ke dokter.
9. Bosan dan rewel akibat geraknya terbatas. Untuk menghalau bosan, ajak anak melakukan aktivitas ringan yang bisa dilakukan meski pakai gips, seperti membaca buku, main puzzle, menonton film kartun kesayangan, main video games (batasi waktunya), jalan-jalan, dan sebagainya. Undang teman atau sepupunya ke rumah untuk playdate. Besarkan hati anak dengan mengatakan tak akan selamanya ia pakai gips.
10. Mengutak-atik gips tidak apa-apa jika sedikit digambari atau ditempel sticker. Tapi jangan ketuk-ketuk atau mengelupas kulit gips sebab membuatnya rapuh, retak dan pecah.
Harus Pakai KacamataKacamata dibutuhkan untuk mengoreksi penglihatan pada kasus mata minus, plus atau silindris. Penggunaannya dibutuhkan hingga anak dewasa, atau ketika ia bisa memilih untuk mengenakan contact lenses atau dioperasi lasik. Anak zaman sekarang cenderung lebih terbuka untuk berkacamata dibanding anak tempo dulu yang enggan dijuluki “si mata empat”.
Bila balita Anda tetap galau berkacamata, ini tipsnya:
1. Jika ia malu besarkan hatinya, terangkan tujuan pemakaian kacamata dan bantu ia mengidentifikasi diri dengan ibu, ayah, paman atau tokoh kartun kesayangan yang berkacamata, sehingga ia melihat kacamata itu perlengkapan biasa.
2. Puji dan beri semangat saat ia mau pakai kacamata,. Bersikaplah positif agar anak juga melihat respon positif Anda terhadap dirinya yang berkacamata.
3. Ajak anak memilih bingkai kacamatanya untuk membantunya menyukai kacamata. Pilih bingkai yang tidak terlalu besar, tidak terlalu berat, tidak menekan dan menyakiti hidung. Bila perlu, minta bantuan optician.
4. Bila anak merasa tak nyaman terangkan bahwa menggunakan kacamata perlu pembiasaan, setelah beberapa hari akan nyaman. Bila tetap tidak nyaman, coba cek, mungkin kacamatanya terlalu menekan. Bersihkan secara berkala, sebab lensa kotor mengganggu penglihatan dan membuat anak tak nyaman.
5. Bila sering melepas kacamata beritahu padanya bahwa pemakaian kacamata sangat penting. Bila ia melepas kacamata, segera pasang lagi. Ajarkan memakai kacamata sebagai bagian rutinitas. Saat tidur, kacamata dilepas dan disimpan di tempat aman. Pakaikan lagi begitu bangun.
6. Bila teledor terhadap kacamata sehingga sering jatuh, pecah, patah atau hilang, ajarkan anak untuk lebih baik lagi merawatnya karena benda itu alat bantu untuk melihat. Belikan ia tali kacamata.
7. Bila terus menolak pakai kacamata ajak ia ke optician atau kembali ke dokter mata untuk pengarahan selanjutnya.
Klem di PenisTeknik klem kini banyak dipilih orangtua untuk mengkhitan, sebab metode ini praktis, aman dan higienis bila dilakukan dokter ahli dan berpengalaman. Alatnya terdiri dari dua komponen, yaitu tabung plastik dan ring klem dari bahan ringan dan kuat. Cara kerjanya mirip klem tali pusar bayi, tabung klem dipasang sedemikian rupa agar posisinya tidak menghalangi keluarnya air seni. Lama klem menempel di penis anak sekitar 5-7 hari, setelah itu dilepas. Agar anak mau ‘berteman dengan klem:
1. Terangkan tujuan dipasang klem dengan bahasa sederhana. Jawab pertanyaan anak tentang klem yang terpasang tersebut.
2. Hindari rasa nyeri dengan memberi anak obat analgesik setelah selesai dikhitan.
3. Istirahatkan anak hingga 3 jam sesudah khitan guna menghindari terjadinya edema atau bengkak berlebihan.
4. Bila anak bosan dan rewel akibat gerakannya terbatas, ajak ia melakukan aktivitas ringan yang bisa dilakukan meski memakai klem, seperti membaca buku, main puzzle, menonton film kartun kesayangan, main video games (batasi waktunya), jalan-jalan, dan sebagainya. Undang teman-teman atau sepupunya ke rumah untuk playdate. Besarkan hati anak dengan mengatakan tak akan selamanya ia memakai klem khitan.
5. Rawat luka dan tabung klem, dengan membersihkannya dengan air atau Rivanol setiap habis BAK, khususnya sisi dalam, agar kepala penis bebas dari sisa urin. Setelah itu, keringkan dengan kasa atau cotton bud, bubuhkan Betadine di bekas area pemotongan.
6. Anak tetap harus mandi teratur dengan air mandi yang dibubuhi antiseptik agar klem bebas mikroba. Saat mandi, tabung klem yang tahan basah bisa disiram dan dibersihkan, keringkan dengan handuk agar tidak lembab.
7. Pada hari ke-5 kunci klem dapat dibuka dengan cara memotong sisi kanan-kiri klem dengan gunting kuku. Tarik posisi kunci ke samping luar. Setelah klem dibuka, tetes baby oil secukupnya ke sekitar nekrotik atau jaringan mati –bagian kulit yang hitam- setiap ½ jam pada bagian luar dan dalam tabung. Dengan cara ini, kulit luka akan melunak sehingga alat mudah dilepaskan. Setelah tabung lepas, kompres jaringan nekrotik dengan kassa dibubuhi Revanol. minimal 10 kali sehari. Dalam beberapa hari, luka akan sembuh sempurna.
Diinfus Intra VenaInfus intravena (IV) adalah metode pemberian cairan, nutrisi, dan obat ketika anak dirawat di rumah sakit. Tindakan ini merupakan life saving, seperti pada kondisi kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu untuk keberhasilan dan keamanannya, harus dilakukan oleh perawat atau bidan di bawah pengawasan dokter.
Pemasangan infus IV dilakukan pada pembuluh darah vena di tangan atau kaki. Pada pasien anak, infus IV dilakukan dengan menggunakan kateter atau jarum kecil, mempertimbangkan pembuluh darah anak yang lebih rapuh dari orang dewasa, serta menimbang pola aktivitas anak yang lebih sulit dikontrol. Lamanya pemasangan infus disesuaikan dengan diagnosa dan kebutuhan. Agar anak tetap merasa nyaman diinfus:
1. Terangkan tujuan dipasang infus dengan bahasa sederhana.
2. Tenangkan diri Anda dan anak saat diinfus. Alihkan perhatiannya dengan memeluk atau mengajak bicara.
3. Minta anastesi lokal saat pemasangan infus, misalnya lidocaine gel atau magic spray.
4. Bila penyuntikan gagal, minta perawat mengulang di bagian lain agar bagian sama tidak ditusuk dua kali.
5. Bujuk anak untuk tenang dan tidak banyak menggerakan anggota tubuh yang diinfus, sebab bila infus terlepas ia harus disuntik lagi.
6. Bila anak banyak gerak, minta perawat memasang spalk penahan infus.
7. Alihkan perhatian anak dari infus dengan mengajaknya membaca buku, mewarnai gambar, main puzzle, menonton film kartun kesayangan atau berjalan-jalan. Bawa 1-2 mainan anak ke rumah sakit. Besarkan hatinya dengan mengatakan tak akan selamanya ia pakai infus.
8. Letakkan posisi anggota tubuh yang diinfus lebih tinggi dari jantung anak ketika istirahat untuk mencegah pembengkakan.
9. Kompres hangat dan dingin pada area infus untuk menyamankan.
10. Bila anak mengeluh sakit pada infus amati apakah ada bengkak, kemerahan dan nyeri tekan. Segera hubungi perawat.
11. Amati kelancaran tetesan infus dan adanya sumbatan. Segera hubungi perawat.
12. Dampingi anak di rumah sakit karena kehadiran orang kesayangan membuat anak lebih tabah dan nyaman.
Pakai Sepatu TerapiSepatu koreksi atau sepatu ortopedi dirancang untuk mengoreksi kelainan kaki anak, misalnya flat feet (telapak kaki datar), kaki X, O dan clubfoot atau kaki bengkok. Diagnosa pemakaiannya ditegakkan oleh dokter ahli kaki, didahului serangkaian pemeriksaan.
Penampilan sepatu koreksi berbeda dengan sepatu biasa, juga tak sama antara sepatu koreksi satu dengan lainnya, sebab custom made atau didesain sesuai kebutuhan kaki anak. Baik durasi maupun jangka waktu pemakaian juga berbeda. Ada anak yang harus memakainya 23 jam sehari selama 3 bulan, ada juga yang hanya memakainya pada malam hari selama 3-4 tahun.
1. Terangkan tujuan memakai sepatu terapi dengan bahasa sederhana.
2. Kuatkan perasaan Anda, jangan tunjukan wajah iba atau tak tega kepada anak, sebab emosi negatif akan menular. Bangun suasana riang dan optimis.
3. Bila anak menangis dan rewel sebab sepatunya terasa berat atau tak nyaman, besarkan hatinya. Alihkan perhatian dengan membacakan cerita, main puzzle, menggambar, mewarnai, menonton film kesayangan, main video games (batasi waktunya!), jalan-jalan dan sebagainya.
4. Periksa kaki anak beberapa kali sehari untuk memastikan kakinya tidak lecet.
5. Nyamankan waktu tidur bila harus bersepatu saat tidur. Tidak ada salahnya pada awal masa terapi anak tidur bersama Anda.
6. Gunakan waktu melepas sepatu dengan mengangin-anginkan kaki, memijat, menggelitik, memasang kuteks (pada anak perempuan) sehingga menjadi reward yang ia tunggu bila anak disiplin pakai sepatu terapi.
7. Bantu anak membiasakan diri beraktivitas memakai sepatu terapi: berjalan, berlari, melompat atau mengayuh sepeda.
8. Ganti aktivitas yang sulit dilakukan saat bersepatu terapi dengan aktivitas lain yang diminati, misalnya les renang diganti les manga, klub futsal diganti kursus robotik. Jelaskan ini hanya sementara sampai terapi selesai.
9. Bila anak sedih karena tak bisa memakai sepatu biasa seperti teman-temannya, hibur dengan mengizinkannya membeli benda lain yang disukai misalnya tas atau baju baru, sambil menjelaskan setelah terapi selesai ia boleh bersepatu model apa pun.
Konsultasi : dr. Herbowo Agung Soetomenggolo, SpA dari RSIA Hermina Jatinegara, Jakarta(BDH/ERN)