Kompak dengan pasangan dalam mendisiplin anak penting karena anak harus tahu aturan yang ditetapkan oleh orang tuanya. Kelak, disiplin yang diajarkan di rumah akan menjadi jembatan untuk bisa mengikuti disiplin di sekolah.
Aturan mendisiplin sederhana saja: jelas, sederhana dan yang terpenting konsisten dengan aturan yang dibuat. Semakin Anda dan pasangan konsisten dengan batasan, akan lebih mudah bagi anak untuk tetap berada dalam batasan.
Tapi, menyatukan dua pandangan tidak selalu mudah. Padahal bila anak dibesarkan dengan orang tua dengan gaya mendisiplin yang berbeda, anak akan memiliki masalah perilaku. Bila bunda mengatur dengan tangan besi sementara ayah masa bodoh, akan membuat anak jadi bingung.
Menurut Jane Nelsen dalam buku “Positive Discipline”, kunci sukses kompak dengan pasangan dalam mendisiplin anak adalah dengan menghindari agar tidak terjebak saling adu kekuatan dengan pasangan. Anda dan pasangan perlu bicara dari hati ke hati untuk menyamakan visi dalam mendisiplin anak.
1. Tanyakan pada pasangan, bagaimana dulu dia dibesarkan karena
biasanya gaya pengasuhan berulang. Kita mengambil banyak nilai yang ditanamkan oleh orang tua kita dulu. Mencari tahu latar belakang bagaimana dulu dia dibesarkan oleh orang tuanya, bisa memberi gambaran bagaimana gaya pengasuhan yang dianut pasangan. Tanyakan pasangan, mengapa dia memilih gaya disiplin tersebut. Dengarkan penjelasannya tanpa diinterupsi. Tanyakan pada diri sendiri apakah ada hal-hal yang Anda tidak setujui dari gaya pasangan dalam mendisiplin anak.
2. Tidak ada perasaan terpendam. Bila ada cara pendisiplin yang tidak
Anda setujui jangan diam saja, utarakan perasaan Anda. Sebaiknya setiap sebulan sekali Anda dan pasangan duduk bersama membahas masalah ini. Tuliskan beberapa hal yang mengganjal. Ini kesempatan Anda untuk jujur. Anda berdua juga harus saling mendengarkan dan menghargai pendapat masing-masing. Tujuannya bukan untuk menguasai, tapi Anda dan pasangan bisa mendapatkan peraturan dimana Anda berdua bisa merasa nyaman menerapkannya.
3. Terima sedikit perbedaan. Mustahil berharap pasangan akan punya
pandangan yang sama persisi dalam mendisiplinkan anak. Begitu pula, dia juga tidak akan selalu mengikuti semua keinginan Anda. Namun dengan mempertahakan sedikit individualitas Anda, termasuk saat mendisiplinkan anak, berarti Anda mendidik kecerdasan emosional anak. Anak belajar dari apa yang dia harapkan dari satu orang dewasa lawan orang dewasa lainnya. Ini adalah hal yang baik.
4. Tidak di depan anak. Ketika Anda dan pasangan mulai membicarakan
strategi mendisiplin anak, pilih tempat tenang, dimana Anda hanya berdua saja dengan pasangan. Tidak hanya suasana yang tenang, Anda berdua juga harus membicarakan aturan disiplin anak dengan kepala dingin. Misalnya malam hari saat anak sudah tidur. Awalnya memang akan banyak perbedaan yang membuat Anda harus adu argumentasi dengan pasangan.
5. Terus eksplorasi. Ada berbagai pilihan dalam mendisiplin anak,
seimbangkan antara pro dan kontra. Kembangkan satu set peraturan dan konsekuensi yang disetujui bersama. Namun, Anda harus siap untuk menyesuaikannya lagi atau bahkan mengubah seluruh aturan tersebut bila dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak berjalan dengan baik. Memang Anda dan pasangan harus terbuka untuk kompromi.
6. Selalu satu kata di depan anak, jangan tunjukkan ketidaksetujuan di
depannya. Anak melihat Anda sebagai orang yang memberi keamanan dan cinta dalam hidup mereka. Bila anak melihat kedua orang tuanya beradu pendapat, terutama tentang dirinya, bisa menggoyahkan pemahamannya. Anak bisa marah atau ketakutan dan merasa menjadi penyebab pertengkaran orang tuanya. Ini bisa menyebabkan kepercayaan dan kesadaran dirinya berkurang.