Aktivitas menulis, menggambar, mewarnai, menggunting atau membuat prakarya ternyata memiliki banyak manfaat bagi anak. Aktivitas itu tak hanya dapat melatih keterampilan motorik halus dan daya imajinasi anak, tapi juga memiliki manfaat terapeutik atau penyembuhan untuk beberapa gangguan psikologis. Proses melakukan aktivitas kreatif itu bisa melepas energi dan emosi negatif anak.
Selama ini, art therapy atau terapi seni dikenal efektif bila diberikan pada anak berkebutuhan khusus. Padahal, menurut Clinical Hypnotherapy Doctor, Dr. Monty P Satiadarma, MS/AT., MCP/MFCC., DCH., Psi, terapi seni juga bisa diperkenalkan kepada anak-anak normal dan sehat sejak dini. Lewat terapi seni, Anda bisa memetik manfaat lebih dekat dan akrab dengan anak yang akan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Ice Breaking
Terkadang setelah berpisah dengan anak seharian karena bekerja, Anda sulit memulai interaksi dengannya, di rumah. Bisa jadi anak ngambek karena Anda pulang kemalaman. Lakukan ice breaking untuk mengatasi situasi dengan menggambar, sebagai media pemecah kebekuan. Aktivitas ini tidak membutuhkan kontak mata, sehingga bebas tekanan. “Nak, tadi di jalan Bunda melihat hewan ini, lho. Bunda lupa namanya. Bentuknya begini. Ini hewan apa, ya, Nak?” Gunakan bentuk-bentuk sederhana, seperti segitiga untuk menggambar kambing atau lingkaran untuk ayam. Tak perlu detail sempurna, yang penting Anda membuat percakapan,
Menyalurkan Ekspresi Negatif
Ketika anak rewel, marah atau sedih akibat sesuatu, alihkan perhatiannya dengan menggunakan benda seni, misalnya lilin mainan atau alat lukis. Ajak anak meremas-remas lilin mainan dan buat objek sederhana, seperti bola, sosis, dan ular. Biarkan ia meremas atau memukul-mukul clay. Selain sedang menuangkan kreativitas, anak juga tengah melepaskan energi negatif. Cara serupa dapat dilakukan dengan melukis atau membubuhkan warna di atas kertas, dengan cap telapak tangan atau kaki.
Melancarkan Komunikasi
Tak semua anak dan orang tua memiliki kemampuan berkomunikasi secara lancar dan terbuka. Mungkin yang ada hanya komunikasi berupa instruksi atau pertanyaan “menjemukan”, seperti, “Mandi dulu, sana!” Atau, “Kamu sudah makan?” Gunakan aktivitas seni untuk melancarkan komunikasi, misalnya, temani anak saat menggambar, lalu ajukan pertanyaan, “Kamu menggambar apa?” Atau, “Mengapa gajah itu berwarna biru?” Biarkan anak menjawab, tugas Anda hanyalah memancing anak bercerita, sambil membiarkan ia menggambar. Komunikasi juga dapat dibangun saat Anda menemani si kecil mewarnai, atau membuat prakarya – seni lipat, gunting-tempel atau meronce.
Mengatasi Gangguan Mental dan Trauma
Pada anak-anak yang mengalami cemas atau takut berlebihan, sehingga disalurkan lewat menggigit, membenturkan kepala, cepat marah, atau mengalami perubahan emosi drastis. Menurut Psikolog UI Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi., terapi seni bisa menjadi solusi. “Orang tua sebaiknya bertemu dengan ahli lebih dulu, karena ada langkah-langkah yang akan disesuaikan dengan usia dan tingkat kecemasan atau kadar gangguan anak.”
Terapi seni juga dapat diaplikasikan untuk mengobati trauma yang pernah menimpa anak. Peneliti dan psikolog dar Institute for Pscyhology University of Lepizig, Jerman, Prof. Dr. Evelin Witruk, melakukan terapi seni terhadap anak-anak korban tsunami di Aceh, menggunakan aktivitas melukis dan menggambar. Cara ini, menurutnya, cukup berhasil memulihkan kondisi psikis anak-anak.
Selamat Hari Persahabatan Sedunia, anak-anak Bunda dan Ayah! Semoga kalian bisa mendapatkan persahabatan yang saling menguatkan dan membahagiakan.... read more
Pada kurun usia tertentu, sebagian anak akan mengalami fase pilih-pilih makanan. Tapi hati-hati jika ini berkembang menjadi ARFID. Wah, apa lagi ini, ya?... read more