Dalam sebuah kompetisi atau permainan, pasti selalu ada yang menang dan kalah. Jika menang, anak akan mendapat hadiah atau perayaan, namun bagaimana jika ia kalah? Menurut
Wendy Middlemiss, PhD, lektor kepala psikologi pendidikan di
University of North Texas, Denton, “Bagi si 3 atau 4 tahun, mereka cenderung berpikir jika bermain untuk menang maka mereka harus menang. Sulit bagi mereka memahami kekalahan.” Lalu bagaimana mengenalkan, mengajarkan, dan menumbuhkan jiwa sportif pada balita?
1. Konsep menang dan kalah
Jelaskan pada anak bahwa setiap ia melakukan permainan yang bersifat kompetisi, akan ada yang mengalami kemenangan dan kekalahan. Ia akan merasakan keduanya secara bergantian, dan hal ini sangatlah wajar –akan terjadi pula dengan teman-temannya-. Pastinya ia butuh waktu sehingga Anda jangan bosan untuk mengingatkan konsep menang dan kalah setiap ia hendak ‘bertanding’.
2. Jika menang…
Tidak jarang muncul rasa sombong ketika seseorang mengalami kemenangan. Hal ini yang perlu dihindari terjadi pada anak. Berikan pujian pada proses yang dijalani anak untuk meraih kemenangan. Seperti bagaimana ia berlatih dengan rajin, berlomba dengan ulet, tidak menyerah dan tidak curang. Dengan melakukan hal tersebut, anak dapat belajar bahwa untuk meraih suatu keberhasilan dibutuhkan proses dan kerja keras.
3. Jika kalah…
Ketika anak kalah, sebaiknya Anda tidak menunjukkan rasa sedih, kecewa, atau marah. Jika anak sedih atau kesal, biarkan saja karena itu adalah bentuk ekspresinya. Namun, jangan biarkan hal tersebut terjadi berlarut-larut. Ajak anak untuk mengevaluasi apa yang sudah ia lakukan saat mengikuti lomba. Jangan lupa untuk mengajarkan ia memberikan selamat dan menghargai perjuangan tim lawan.
4. Tidak fokus pada hadiah
Sebaiknya jangan mengajarkan anak untuk terobsesi dengan kemenangan semata dan hadiah. Ajarkan ia untuk tetap fokus pada permainan atau pertandingan yang adil. Jika anak terbiasa fokus pada kemenangan dan hadiah, kelak ia akan memakai segala cara untuk memperoleh apapun yang ia mau tanpa melihat dampak buruk dan baiknya.
5. Jadi contoh yang baik
Saat Anda dan suami sedang menonton sebuah pertandingan, jangan pernah sekali-kali menghina atau menjelekkan lawan. Tentu saja hal ini tidak bijak dilakukan, apalagi dihadapan anak. Cara ini mengajarkan bahwa menghina dan menjelekkan orang lain adalah hal yang wajar. Sebaliknya, Anda bisa memberikan tanggapan positif tentang tim lawan.
(MON)
Baca Juga:
6 Cara Terbaik Anak Berani Minta Maaf
Tips Agar Si Prasekolah Pandai Bergaul
9 Sisi Positif yang Dipelajari Balita