Anak yang tangguh melihat kegagalan sebagai sebuah tantangan. Bantu anak agar ia menjadi individu yang optimis dan tak gampang menyerah melalui stimulasi-stimulasi berikut ini.
Bersikaplah optimis dalam keseharian Anda. Orangtua adalah
role model anak, dia akan mengamati dan meniru perilaku Anda. Jika Anda belum bisa menerima kondisi saat ini, usahakan untuk tidak berkeluh kesah di hadapan anak. Keluhan Anda atas gagalan atau rencana yang belum tercapai akan menular pada anak.
Ikut sertakan anak dalam kompetisi atau lomba. Persaingan salah satu pola perilaku masa kanak-kanak awal. Ketika Anda melihat balita suka berlomba minum susu dengan kakaknya atau saling membandingkan tinggi badan dengan para sepupu, itu tanda perkembangan psikologis balita sehat. Tugas Anda mengarahkan agar persaingan berlangsung sehat, tanpa campur tangan orang dewasa sehingga mendorong anak meningkatkan keterampilan dan daya juangnya.
Semangati anak untuk terus mencoba. Jelaskan bahwa kegagalan bukanlah kesalahan terbesar. Anak yang tabah dan pantang menyerah akan memahami bahwa sebuah keberhasilan akan diperoleh melalui usaha yang keras dan menganggap kegagalan sebagai sebuah tantangan. Katakan padanya, “Tidak apa-apa kamu tidak menang kali ini. Besok kita coba lagi. Siapa tahu kamu bisa menang!”
Biarkan anak berusaha sendiri, jangan selalu dibantu. Beri anak kesempatan untuk mengerahkan kemampuannya untuk memupuk rasa percaya diri dan mengasah kemandiriannya. Beri contoh di awal cara menyusun balok agar tidak mudah tumbang. Setelah itu Anda dapat mengawasinya dan memberinya semangat agar berhasil melakukannya sendiri.
Hargai usahanya, meski gagal. Jangan menuntut kesempurnaan anak tetapi perhatikan proses dan kemajuan anak. Anak yang selalu ‘diteropong’ kesalahannya takkan pernah berani melakukan sesuatu. Hindari komentar negatif, “Kan, sudah diajari berkali-kali. Kok masih belum bisa?” Sebaliknya katakan, “Wah, gambarmu sudah semakin bagus. Lain kali ikut lomba lagi yuk, siapa tahu kamu menang.”
Tidak menghina hasil karyanya, karena setiap anak ingin tahu bahwa usaha yang dilakukannya bermanfaat dan menimbulkan reaksi positif dari orang-orang di sekitarnya. Apapun hasil karya anak, dia membuatnya dengan tulus dan usaha maksimal. Gambar wajah Bunda dan Ayah meski tak mirip sama sekali, katakan saja, “Terima kasih, Bunda dan Ayah tampak cantik dan ganteng.”
Ajak anak untuk mengenali dan menerima keterbatasan sekaligus kelebihan dirinya. Misalnya, ia ingin naik sepeda roda dua yang besar dan tinggi seperti punya sang kakak. Biarkan ia mencoba sambil terus didampingi dan katakan bahwa nanti ada saatnya ia bisa mengendarai sepeda macam itu, tapi tidak saat ini. Beri pengertian dan alasan yang masuk akal untuk anak. Katakan bahwa tinggi badannya belum cukup untuk menjangkau pedal sepeda dan sepeda yang berukuran besar juga berat sehingga badannya yang kecil sulit mengimbanginya.
Beri contoh melakukannya bila ia menyerah ketika mencoba sesuatu. Ajari anak mengatasi rasa kecewanya dengan membiasakan anak mencari alternatif kegiatan atau pemecahan masalah yang dihadapi. Misalnya, ia tak berhasil menggambar tokoh Angry Bird favoritnya, ajarkan ia hingga berhasil. Tunjukkan cara menjiplak gambar yang dia inginkan, tapi selanjutnya ajarkan menggambar tanpa menjiplak. Kalau anak mengeluh nggak bisa, dukunglah anak dengan “Kamu bukan tidak bisa, tetapi belum mencoba. Ayo kita coba lagi bersama,” agar rasa percaya dirinya muncul kembali. (me)