Meski takut itu hal yang normal dalam proses perkembangan, namun tak boleh dibiarkan menetap. Anak perlu dibantu mengatasi ketakutannya agar lebih terampil menghadapi setiap peristiwa atau perubahan dalam hidupnya.
Hal pertama dan paling penting adalah, orang tua harus berhati-hati mengekspresikan ketakutannya. Karena, tak sedikit ketakutan anak diperoleh melalui proses belajar. Orang dewasa, terutama orang tua, merupakan role model yang paling disukai anak, juga dalam hal membentuk rasa takut anak terhadap sesuatu.
Mengenali sumber ketakutan anak, atau mengenali apa saja yang membuat anak takut merupakan langkah penting untuk membantu anak mengatasi rasa takutnya. Bila anak takut suara keras seperti guntur , ajak anak melihat kilatan petir, yang akan diikuti bunyi guntur. Demikian pun bila anak takut pada bunyi benda-benda, ajak anak melihat benda yang berbunyi itu.
Berpisah lama dengan orang tua merupakan ketakutan yang memakan waktu cukup lama untuk menghilangkannya. Sampai beberapa minggu setelah anak masuk kelompok bermain, misalnya, tergolong wajar bila anak masih merasa takut.
Bagaimana mengatasinya? Anda dapat meminta anak memilih siapa yang paling ia sukai untuk mengatarnya ke kelompok bermain. Anak-anak lebih mudah berpisah pada salah satu orang yang dekat dengannya. Misalnya saja, ia merasa lebih aman bila berpisah dengan pengasuhnya, saat pelajaran di kelas mulai.