Merengek hingga menangis meraung-raung supaya keinginannya terpenuhi adalah gejala dari
tantrum manipulatif pada anak. Jangan terus dituruti, segera koreksi perilakunya karena ini bukan fase perkembangan yang normal. Beberapa cara berikut bisa mencegah dan mengurangi perilaku tantrum manipulatifnya.
- Pahami lebih dulu tuntutan atau keinginan anak. Anda tak harus serta merta menuruti atau lebih ekstrim langsung menolak. Sejauh itu adalah permintaan yang wajar sesuai kebutuhan anak. Jika ingin memenuhi keinginannya, beri jeda antara saat anak meminta dengan saat Anda memenuhi permintaannya. Ini untuk melatih anak menunda pemenuhan keinginan.
- Hindari mengumbar janji. Tidak setiap keinginan anak bisa Anda penuhi, itu betul. Tapi mengumbar janji untuk menghindari rengekan bukan cara yang tepat. Anak selalu ingat janji, dan dia akan selalu menagihnya hingga terpenuhi. Anak seringkali minta sesuatu hanya untuk memuaskan rasa inginnya. Jelaskan padanya bahwa keinginan tidak sama dengan kebutuhan. Memberi janji tanpa menepati, mengajarkan anak untuk ingkar janji.
- Kenali tangisannya. Saat mulai menangis karena keinginannya tidak terpenuhi, perhatikan tingkahnya. Sambil menangis, anak akan melirik pada Anda untuk memastikan kegalauan hati Anda. Lihatlah! Anak akan memeras-meras matanya untuk mengeluarkan air mata. Ini pertanda dia sedang memanipulasi perasaan Anda.
- Berikan time out, bila anak mulai bertindak destruktif karena tuntutannya diabaikan. Misalnya memukul dan merusak barang-barang di sekitarnya. Masukkan dia ke dalam kamar, jelaskan bahwa dia tidak boleh merusak dan boleh keluar dari kamar setelah tenang.
- Peluk anak jika time out tidak berhasil. Jelaskan bahwa perilakunya tidak bisa diterima dan jelaskan padanya bahwa apa yang Anda lakukan adalah bentuk cinta Anda padanya.
- Bawa anak masuk ke mobil atau toilet jika mulai memanipulasi Anda di tempat umum. Tunggu sampai anak tenang. Jelaskan, bila dia tidak bisa berhenti merengek, Anda akan mengajaknya pulang.
- Tenangkan diri Anda bila di tempat umum, agar tidak terjebak dalam permainan anak. Bila panik, Anda akan segera menghentikan tangisnya dengan memenuhi tuntutannya.
- Menjauhlah sesaat, masuk kamar dan tenangkan diri jika Anda mulai galau dan bingung apa yang sebaiknya dilakukan. Tarik nafas, jernihkan pikiran. Saat anak tenang, ajak melakukan kegiatan lain. Membahas kembali keinginan anak yang tak bisa Anda penuhi, akan memancing kembali rengekannya.
- Abaikan tangisnya, ketika anak bersiap merengek dan menangis mempermainkan emosi Anda. Putarlah musik, dan berjogetlah di hadapan anak tanpa menatap matanya. Sadar tangisnya tak dapat mengubah keputusan Anda, anak akan berhenti memainkan perasaan Anda.
- Konsisten terhadap keputusan. Jika Anda memang tidak ingin mengabulkan keinginan ana, tetaplah teguh pada pendirian dan jangan ‘terjebak’. Bila Anda luluh, akan semakin menguatkan pemahaman anak bahwa Anda mudah dipermainkan.
- Ajak anak ke kamar mandi, jika dia pura-pura menangis dan pura-pura ingin muntah. Anak akan menggunakan segala cara untuk menggoyah pendirian Anda. Biasanya ketika anak menangis sampai muntah, Anda akan memeluknya. Dalam hal ini Anda tetap harus jeli melihat kepura-puraan itu. Ajak anak ke kamar mandi, katakan bahwa dia tidak boleh muntah di sembarang tempat. Malu usahanya tak berhasil, anak takkan melakukannya lagi.
- Beri contoh, bahwa Anda bukan orang yang impulsif ingin seketika memenuhi keinginanya. Ungkapkan ini pada anak, misalnya “Tadi di toko ada tas bagus banget. Warnanya bunda suka. Tapi, setelah bunda pikir, bunda masih punya tas lain yang masih bagus, jadi bunda nggak beli.” (me)
Cara-cara di atas hanya akan berhasil jika Anda konsisten dan kompak menerapkannya dengan anggota keluarga lain, seperti suami, nenek, kakek dan lainnya.