Tongue Tie Pada Anak Perlu Insisi atau Tidak?

 

Kelainan ini dapat memengaruhi kualitas hidup anak juga ibu. Foto: Shutterstock


Di Indonesia, diperkirakan sekitar  4-16% anak lahir dengan kondisi tongue tie (ankyloglossia), di mana jaringan penghubung lidah (frenulum) lebih pendek dan tebal, sehingga membatasi gerakan lidah. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara-negara seperti Amerika, Kanada, dan lainnya. Lalu, apa sebenarnya dampak tongue tie pada anak dan ibu? Dan apa yang harus dilakukan jika anak mengalami kondisi ini?

Mengganggu proses menyusui

Ketua Satgas ASI IDAI, Dr. dr. Naomi Esthernita F. Dewanto, Sp.A, Subsp.Neo(K), menyebut kondisi lingual frenulum tebal dapat menyebabkan kesulitan menyusui. 
Beberapa dampak tongue tie yang dirasakan oleh ibu; mulai dari nyeri puting, durasi menyusui lebih lambat, gangguan puting, pengosongan payudara tidak efektif, disebabkan anak tongue sulit menghisap payudara ibu dengan perlekatan (latch) yang baik. Sedangkan pada anak, tongue tie dapat menyebabkan kenaikan berat badan kurang optimal.
"Namun, tidak semua kesulitan menyusui disebabkan oleh tongue tie, maka dari itu perlu ada pemeriksaan lebih lanjut," ujar Naomi. 

Kapan harus dikoreksi?

Masih menurut Naomi, dari 4-16% kasus tongue tie di Indonesia hanya 1-4% yang membutuhkan insisi atau tindakan mengoreksi ikatan pada lidah. Insisi adalah prosedur medis yang melibatkan sayatan atau pengirisan jaringan tubuh untuk tujuan pengobatan atau diagnosis.
"Selagi tidak mengganggu proses menyusui tidak masalah dan tidak perlu insisi," ujar Naomi.
Sebelum dipastikan anak memerlukan insisi atau tidak, anak bisa menggunakan alat bantu menyusui, seperti nipple shields. Selain itu, diperlukan juga serangkaian pemeriksaan fisik dan diagnosis banding untuk memastikan tumbuh kembang anak benar-benar tidak terdampak tongue tie
Jika anak tetap membutuhkan insisi, orang tua perlu mengetahui apa saja apa yang harus dilakukan selama dan setelah insisi. Serta mengetahui risiko maupun manfaat dari pembedahan, mengingat risiko dari insisi ini adalah pendarahan, infeksi, dan kemungkinan terpotongnya kelenjar ludah.
"Jika harus insisi, pastikan harus mendapat rujukan dari dokter anak dan dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten. Setelah operasi pun anak harus tetap mendapatkan pendampingan laktasi lanjutan dan meninjau ada atau tidaknya efek samping dari operasi," tutup Naomi.

Melihat fakta ini, sebaiknya kita konsultasikan dulu dan pertimbangkan dampak pada anak sebelum memutuskan mengoreksi tongue tie ya Bunda dan Ayah.

Penulis: Ghina Athaya

Baca juga:

Anak Diabetes Melitus Bisa Puasa? Simak Ini Ya!
Jangan Anggap Enteng Anak yang Mimpi Buruk!
Sudah Siap Jadi Orang Tua Generasi Beta? Simak 5 Tip Pengasuhan Berikut Ini!
 

 


Topic

#TongueTie #GangguanMulutBayi #LidahBayi



Artikel Rekomendasi

post4

Ada Jamur di Mulutnya

Lapisan putih yang menyelimuti lidah bayi, sangat menggoda untuk dikorek. Kalau tidak dibersihkan, tidak akan hilang dengan sendirinya. Bisakah dibersihkan?... read more

post4

Mengenal Tongue Tie

Perlekatan sudah benar, ASI pun melimpah, namun masih saja bayi mmenangis kelaparan dan berat badan menyusut. ... read more