Akhir-akhir ini iklan layanan masyarakat tentang stunting gencar ditayangkan di televisi. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada balita akibat gizi buruk yang kronis. Stunting tidak terjadi begitu saja, namun dimulai sejak anak berada dalam kandungan. Kemudian, ketika anak memasuki masa MPASI, ibu sembarang memberikan menu makanan pada anaknya.
Dampak paling buruk dari stunting, anak memiliki IQ rendah, mudah terkena berbagai penyakit karena kekebalan tubuhnya kurang, dan tubuhnya lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya. Di kemudian hari, anak stunting ketika dewasa rentan mengalami kemiskinan, karena peluang mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan layak sulit didapatkan.
Menurut data WHO, jumlah stunting mencapai 7,8 juta dari 23 juta balita di Indonesia. Jumlah ini setara dengan 35,6 persen. Idealnya, jumlah stunting maksimal 20 persen atau seperlima dari total keseluruhan balita. Mirisnya, dalam kasus stunting ini, Indonesia menduduki peringkat 17 dari 117 negara di dunia. Dari data Bappenas, stunting bukan hanya ada pada masyarakat ekonomi bawah, namun juga ada di masyarakat menengah atas. Penyebabnya, minimnya pengetahuan ibu seputar makanan bergizi untuk anak.
Stunting dapat dicegah sejak janin dalam kandungan, berikut tips Ayahbunda.
Penuhi asupan nutrisi selama hamil
Ketika dokter menyatakan Anda positif hamil, selanjutnya Anda harus mulai mengurangi konsumsi sembarang makanan atau minuman. Ganti dengan banyak mengasup buah, sayuran serta protein selama 9 bulan kehamilan.
Ubah gaya hidup
Kebiasaan merokok, minum alkohol atau menggunakan narkotika sebelum hamil sebaiknya dihentikan total. Karena, ketika Anda tetap nekat melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut, langsung berpengaruh pada kondisi janin.
Sebatang atau dua batang asap rokok akan mengalir ke plasenta dan mengganggu tumbuh kembang janin. Alkohol dapat menyebabkan kelahiran prematur atau cacat lahir.
Narkotika (mariyuana, kokain, shabu-shabu) berpotensi meningkatkan keguguran pada kehamilan. Kalaupun bayi lahir selamat, ia akan mengalami sindroma kecanduan, yaitu tubuh bergetar/tremor. Selain itu ia juga mengalami kerusakan otak.
Selalu menjaga kebersihan lingkungan
Hamil bukan berarti Anda malas melakukan kegiatan apapun termasuk menjaga lingkungan. Karena, lingkungan yang kotor membuat ibu hamil rentan terkena penyakit. Misalnya, Anda sering menggantung pakaian kotor di pojok kamar, nyamuk Aedes Aegypti akan berkembang biak di dalam rumah Anda. Sewaktu-waktu Anda dapat terkena demam berdarah.
Cukupi kebutuhan zat besi
Dokter biasanya memberikan suplemen zat besi pada ibu hamil. Karena ibu yang kekurangan zat besi mudah terkena anemia. Efeknya pada janin yaitu tidak mendapatkan nutrisi yang cukup melalui plasenta. Janin juga berpotensi lahir dengan berat badan rendah.
Penting bagi ibu selalu mengasup makanan yang mengandung zat besi. Misalnya, sayur bayam (2 mg), kacang-kacangan (4 mg), tiram (5 mg), daging merah tanpa lemak (2 mg) per hari.
Agar Anda tidak bosan, selalu buat variasi menu yang mengandung zat besi. Hari ini Anda membuat jus bayam yang dicampur madu dan jahe, besoknya Anda dapat membuat sayur kacang dengan lauk tumis hati ayam. Banyak-banyaklah mencari menu makanan sehat di sosial media.
Rajin kontrol
Rutin kontrol kehamilan ke dokter kandungan dengan pemeriksaan USG akan segera mendeteksi kondisi janin. Namun kadangkala stunting juga bisa terjadi ketika anak sudah lahir, meski ia lahir dengan berat badan cukup.
Ketika anak sudah lahir, kontrol tumbuh kembang bayi juga harus tetap rutin dilakukan agar Anda dapat segera mendeteksi bila terjadi perhentian atau perlambatan tumbuh kembang bayi.
Maria Soraya Az Zahra
Baca juga:
http://www.femina.co.id/Trending-Topic/gerakan-cegah-stunting-di-jawa-barat-jangan-lagi-ada-anak-kerdil-