6 Hal Penting yang Harus Ada pada Sarapan Anak

 

Sarapan bagi sebagian besar anak Indonesia masih mementingkan kuantitas dan belum memprioritaskan kelengkapan gizi yang didapat. Foto: pexels/Mikhail Nilov

 
Bagi sebagian besar keluarga di Indonesia, sarapan masih dipandang sebagai ritual makan pagi agar anak kenyang. Tak heran, kebiasaan ini membuat pilihan menu sarapan lebih padat kalori namun sering kali tidak lengkap nutrisinya. Berdasarkan Survei Diet Total (SDT) tahun 2020, sebanyak 66,8 persen anak Indonesia masih mengkonsumsi sarapan dengan kualitas gizi rendah.
"Kadang anak diberi sarapan dengan komposisi makro nutrisi yang tidak lengkap. Misalnya, cuma karbohidrat saja," ungkap dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A, dokter spesialis anak pada acara peluncuran wahana edukasi interaktif Enerland oleh Energen di fx Sudirman beberapa waktu lalu.  

Sarapan tak sempurna dan obesitas


Kebiasaan memberi anak sarapan tanpa mempertimbangkan kelengkapan gizi, juga meningkatkan risiko anak menderita obesitas. Menurut Denta, saat anak makan makanan yang hanya kaya akan karbohidrat maupun gula, dapat membuat anak mudah lapar saat tiba waktu makan siang.
"Saat tiba waktu makan siang, anak bakal lebih banyak makan. Itulah mengapa, sarapan itu perlu agar gizinya lengkap. Mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, sampai mineral," jelas Denta.

Menariknya, Kementerian Kesehatan RI pernah melakukan survei dan hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia kurang nutrisi saat sarapan. Dan zat gizi yang paling kurang adalah vitamin dan mineral.

Tidak harus sepertiga kebutuhan kalori harian

Bagaimana mengatur porsi sarapan anak setiap hari? Jika berpandu pada tabel Angka Kecukupan Gizi tahun 2024 yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, anak usia 4 hingga 12 tahun memiliki kebutuhan kalori sekitar 1400 hingga 2000 kkal/ hari. Akan tetapi, Denta mengingatkan bahwa sarapan pagi tidak harus memenuhi sepertiga dari total kebutuhan kalori anak.
   
"Tidak perlu bagi rata, misal kalau seribu lima ratus kilo kalori lantas sarapan paginya harus lima ratus kilo kalori," tegas Denta. Akan tetapi, orang tua disarankan anak mendapatkan sarapan bergizi lengkap dan menyesuaikan kemampuannya mengonsumsi sarapan pagi.
"Kalau disuruh makan banyak, anak juga akan malas karena kalau masih pagi, beberapa anak juga masih belum maksimal sadar saat harus sarapan," ujar Denta menambahi.
 
dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A  menjelaskan kepada para hadirin soal pentingnya kelengkapan zat gizi anak saat sarapan. 

Pastikan asupan nutrisi tercukupi


Kepada para orang tua, Denta mengajak untuk mengevaluasi kecukupan asupan nutrisi sarapan anak. "Coba dipikirkan lagi, apakah sarapan anak cukup dengan setangkup roti putih dengan olesan atau meses saja?" tantang Denta.
Memastikan kecukupan asupan nutrisi perlu didiskusikan bersama ayah atau anggota keluarga yang lain. "Boleh kita membuat semacam audit makanan anak. Apakah protein sudah ada? Lemaknya sudah ada belum? Dan seterusnya," ujar Denta mengingatkan, sekarang para orang tua bisa memanfaatkan informasi online untuk mencari tahu apa saja sumber makanan yang bisa memenuhi kebutuhan nutrisi makro dan mikro anak.

Jadwal makan menetap  

 
Kebiasaan makan yang baik bukan hanya soal menentukan jumlah dan jenis makanan namun juga jadwal makan yang menetap. "Banyak ahli nutrisi dan dokter anak mengingatkan soal feeding rules, salah satu feeding rules untuk anak adalah jadwal makan. Karena ketika skip salah satu jadwal makan, maka akan sangat berpengaruh pada metabolisme anak," ujar Denta.
 
Selain itu, ketika anak terlambat makan atau jadwal makannya tidak teratur, akan meningkatkan potensi anak mengalami overweight. Bayangkan ketika anak terlambat makan, saat tiba waktu makan berikutnya anak akan kelaparan dan makan lebih banyak.
"Satu kali skip makan pagi, begitu makan siang saat di sekolah anak lapar banget. Padahal, di sekolah tidak ada makanan seperti di rumah yang cenderung sehat dan bergizi. Yang terjadi, anak jajan makanan tidak sehat di depan sekolah, " ujar Denta.

Beri contoh kebiasaan makan yang baik

 
Nah selanjutnya, orang tua juga harus memberi contoh kebiasaan makan yang baik. Jangan salahkan anak suka makan junk food, jika orang tuanya juga suka makan junk food. "Anak itu mengikuti kebiasaan orang tuanya. Kalau orang tuanya sarapan bergizi, anaknya juga akan mengikuti sarapan bergizi," jelas Denta.
Saat sarapan, juga jangan biasakan makan sambil memainkan handphone. Ini agar anak terbiasa makan dengan penuh kesadaran sehingga dapat merasakan kenyang dan menikmati sarapan. 
 

Evaluasi kembali nutrisi anak


Setelah berusaha memberikan yang terbaik untuk anak, selanjutnya adalah mengevaluasi usaha Bunda dan Ayah. Bagaimana? Caranya adalah dengan memantau kurva pertumbuhan anak. Baik dari tinggi maupun berat bada.
"Untuk anak sekolah, juga bisa dilihat apakah aktivitas anak cukup baik atau anak lemes-lemesan," ujar Denta. Jika curiga anak kurang gizi, segera konsultasikan kepada dokter anak untuk menentukan langkah selanjutnya.

Penulis: Laili Damayanti

Baca juga:

Cermati Nilai Gizi Sosis
Buah Pepino, Segar Kaya Manfaat
Begini Bun, Cara Ajak Anak Ngemil Sehat!
 

 


Topic

#nutrisianak #sarapansehat #menulengkap



Artikel Rekomendasi